Resume Pengantar Pendidikan
TUGAS I
RANGKUMAN
PENGANTAR
PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 1-3
MODUL 1
HAKIKAT MANUSIA
DANPENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Pengertian
dan Aspek-aspek Hakikat Manusia
Permasalahan
tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika, yaitu
antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan
atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di dunia.
Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principlede’etre)
manusia.
Aspek-aspek
hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta
karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas kita akui dan
kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumen kosmologi, sedangkan
secara faktual terbukti adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.
Manusia adalah
kesatuan badaniirohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup.
Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa,
karsa, dan karya.
Dalam
eksistensinya manusia memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme,
sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan
interasksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Rangkuman KB
2:Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Setelah
kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk
menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini M.
J. Lengeveld menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat
3 asas antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlu manusia dididik dan
mendidik diri, yaitu:
· manusia
adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia
· tugas
dan tujuan manusia adalah menjadi manusia
· bahwa
perkembangan manusia bersifat terbuka
Dalam
kenyataannya manusia perlu dididik dan mendidik diri tersirat makna bahwa
manusia dapat dididik. M. J. Langeveld menyebutnya Animal
Educabile. Terdapat 5 asas antropologis yang mengimplikasikan
kemungkinan manusia untuk dapat dididik, yaitu:
· asas
potensialitas
· asas
sosialitas
· asas
individualitas
· asas
moralitas
· asas
dinamika
Rangkuman KB 3: Pendidikan,
Martabat, dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan
dapat kita definisikan sebgai humanisasi atau upaya
memanusiakan manusia, yaitu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi
sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Sebab merealisasikan hakikatnya
secara total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara
sadar denganbertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia.
Hidup bagi
manusia bukan sekadar hdidup sebgaimana hidupnya tumbuhan atau hewan, melainkan
hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan hak untuk
mendapatkan pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi
internasional belakangan ini untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi
manusia.
Sebab hak
asasi manusia diinjak-injak oleh penguasa pemerintahan monarki dan absolutisme,
tercatat dalam sejarah di Eropa, pada awalnya melalui pendidikan hak asasi
diupayakan agar diperoleh setiap individu warga negara. Selanjutnya, hak asasi
manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan demokrasi pendidikan. Pendidikan
mesti bersifat demokratis, dan dilaksanakan kewajiban belajar. Mengenai hal
ini, sehari setelah proklamasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah
menyatakan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun
menghadapi berbagai kendala, program wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan
sampai kini terus diupayakan. Orang tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah
daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan sebagai jaminan akan
hak pendidikan bagi setiap individu atau warga negara. Hal ini sebgaimana
dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003.
MODUL 2
LANDASAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Landasan yuridis dan landasan filosofis pendidikan
Landasan pendidikan
merupakan asumsi-asumsi yang berfungsi sebagai titik tolak dalam berfikir dan
bertindak dalam rangka pendidikan. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya serta
agar dapat dipertanggung jawabkan, pendidikan harus mempunyai landasan yang
kokoh. Berdasarkan sumbernya, landasan pendidikan meliputi landasan religius
pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan ilmiah pendidikan dan
landasan yuridis pendidikan. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia
tersurat dalam seperangkat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara
Indonesia yang berkenaan dengan pendidikan. Di dalam landasan yuridis
pendidikan nasional termaktub, antara lain tentang mengapa pemerintah harus
bertanggungjawab melaksanakan pendidikan, hak warga Negara untuk mendapatkan
pendidikan, dasar pendidikan nasional, tujuan dan fungsi pendidikan nasional.
Landasan yuridis pendidikan tersebut bersifat ideal dan normative,
asumsi-asumsinya diharapkan dan mengikat untuk dijadikan titik tolak praktik
pendidikan.
Terdapat berbagai
aliran filsafat pendidikan (Idealisme, Realisme, Pragmatism), tetapi
sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD NegaraIndonesia Tahun
1945 dan tersurat dalam Pasal 1 ayat (2) UU RI No.20 Tahun 2003 bahwa dasar
pendidikan nasional adalah Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945. Karena itu, landasan filosofis pendidikan nasional
merupakan asumsi-asumsi filosofis pendidikan yang dideduksi dari filsafat Pancasila.
Rangkuman KB 2: Landasan Ilmiah Pendidikan
Landasan ilmiah
pendidikan merupakan asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari hasil studi
disiplin ilmu tertentu yang dijadikan tiitik tolak berpikir dan bertindak dalam
rangka pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan, antara lain landasan psikologis
pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, landasan ekonomi pendidikan dan sebagainya.
Secara psikologis,
individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
sesuai tahap perkembangannya. Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangannya. Karena itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang perkembangan peserta
didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktik pendidikan. Pendidikan
yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan peserta
didik memungkinkan akibat negative dari perkembangan selanjutnya. Terdapat
perbedaan asumsi mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu
sebagaimana dikemukan tokoh-tokoh teori empirisme, nativisme, dan konvergensi.
Demikian juga terdapat perbedaan asumsi-asumsi mengenai bagaimana individu
belajar sebagaimana termuat dalam teori belajar atau psikologi behaviorisme,
kognitif, dan humanism.
Ditinjau dari
sosiologi, pendidikan berarti sosialisasi. Pendidikan merupakan pranata social
yang berfungsi untuk mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat,
agar terwujud homogenitas atau konformitas. Ditinjau dari antropologi
pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi dilakukan masyarakat karena
kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa dari sejak lahir, dan demi
mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari sejarah,
pendidikan berarti enkulturasi khusus. Sedangkan ditinjau dari ekonomi,
pendidikan berarti human investmen. Terdapat hubungan timbal balik antara
pendidikan dengan masyarakat, demikian pula dengan kebudayaan dan ekonomi.
MODUL 3
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Lingkungan Pendidikan Terpusat
Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan
Masyarakat
Dalam arti luas
pendidikan adalah hidup, semua pengalaman hidup yang berlangsung didalam
lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu adalah
pendidikan. Sebab itu, lingkungan dimana individu hidup merupakan lingkungan
pendidikan baginya. Dalam konteks system pendidikan dan konsep pendidikan sepanjang hayat,
pendidikan dapat berlangsung baik didalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut
merupakan komponen sistem pendidikan. Keluarga tergolong lingkungan pendidikan
informal, sekolah tergolong lingkungan pendidikan formal, sedangkan masyarakat
(selain keluarga dan sekolah) tergolong dalam pendidikan nonformal.
Masing-masing lingkungan pendidikan tersebut memiliki karakteristik tertentu
berkenaan dengan tujuan pendidikannya, peserta didiknya, isi pendidikannya,
cara-cara pelaksanaan pendidikannya, evaluasinya, dan sebagainya. Namun
demikian antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat
terdapat hubungan yang erat dan saling melengkapi, baik berkenaan dengan
kepentingan pendidikan bagi peserta didik maupun dalam rangka pelaksanaannya.
Rangkuman KB 2: Pendidikan sebagai Suatu Proses
Proses pendidikan
berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik dengan peserta
didik dengan menggunakan isi, metode, dan alat pendidikan tertentu yang
berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Karakteristik pergaulan yang mengandung situasi pendidikan sebagai suatu
proses pendidikan adalah :
1.
Adanya upaya mempengaruhi
2.
Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang
ditujukan kepada anak (orang yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan.
Kewajaran (wajar) dan
ketegasan (tegas) merupakan 2 sifat yang harus diperhatikan dalam mengubah
situasi pergaulan biasa kedalam situasi pendidikan. Proses pendidikan bukanlah
pembentukan seseorang, melainkan usaha pengembangan potensi peserta didik atas
dasar kedaulatan peserta didik dan kewibawaan pendidik. Kewibawaan merupakan
syarat mutlak proses pendidikan, syarat tehniknya adalah kepercayaan, sedangkan
dasarnya (motif intrinsik yang harus ada pada pendidik) adalah kasih sayang.
Faktor-faktor yang menentukan kewibawaan pendidik adalah kasih sayang terhadap
anak, kepercayaan bahwa anak akan mampu dewasa, kedewasaan, identifikasi
terhadap anak, dan tanggung jawab pendidikan. Dipihak lain, kepenurutan atau
menurutnya anak didik (peserta didik) kepada pendidik akan ditentukan oleh
faktor kemampuan anak dalam memahami bahasa, kepercayaan anak kepada pendidik,
kebebasan anak dalam menentukan sikap, perbuatan dan masa depannya,
identifikasi, imitasi dan simpati. Tanggung jawab pendidikan pada mulanya
berada di tangan orang dewasa (pendidik), tetapi lambat laun seiring perkembangan
kedewasaan peserta didik tanggung jawab tersebut diserahkan dan diraih oleh
peserta didik.
TUGAS 2
RANGKUMAN
PENGANTAR
PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 4-6
MODUL 4
GERAKAN-GERAKAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Progresivisme dan Esensialisme
Progresivisme
berkembang dan melakukan gerakan dalam rangka perubahan soioal dan budaya
dengan menekankan pentingnya perkembangan individual. Hal ini merupakan
penolakan terhadap pendidikan tradisional yang otoriter dan formalisme yang
berlebihan dalam pendidikan. Progresivisme didukung oleh pragmatisme (John
Dewey). Ontologinya bersifat evolusionistis dan pluralistis. Manusia dipandang
sebagai subjek yang bebas dan mempunyai intelegensi sebagai alat untuk hidup
atau memecahkan berbagai masalah dalam lingkungan dan kehidupan yang multi
kompleks. Pengalaman bersifat spasial, temporal, dinamin dan plural. Terdapat
kesatuan antara pikiran dan pengalaman di dalam perbuatan praktis.
Epistemologi: pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan cara-cara ilmiah
yang mengaplikasikan logika deduktif dan induktif. Pengetahuan dikatakan benar
jika dapat diverifikasi dan diaplikasikan (instrumentalisme). Aksiologi: nilai
diturunkan dari pengalaman manusia yang riil. Sifat nilai berada dalam proses,
relatif, kondisional, dan dinamis. Nilai memiliki kualitas sosial dan
individual. Sesuatu dinyatakan baik apabila berguna. Demokrasi dipandang
sebagai nilai ideal.
Pendidikan implikasi
dari pandangan di atas maka pendidikan merupakan rekonstruksi pengalaman yang
terus-menerus, pendidikan adalah transisi kebudayaan, pendidikan adalah hidup
itu sendiri. Sekolah hendaknya merupakan miniatur masyarakat yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan: agar peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah baru
dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosial yang terus berubah. Karena
itu, kurikulumnya berbasis masyarakat, berpusat pada peserta didik dan
pengalaman, serta interdisipliner. Metode: mengutamakan problem solving,
inquiry and discovery method. Guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa belajar. Sedang peserta didik berperan sebagai organisme yang
memiliki kemampuan luar biasa untuk tumbuh.
Essensialisme
berkembang dan melakukan gerakan sebagai protes terhadap progresivisme.
Essensialisme didukung oleh idelalisme dan realisme. Ontologi idealisme:
realitas yang hakiki adalah dunia ideal, sedangkan realitas material hanyalah
copy dari realitas ideal. Manusia adalah mikrokosmosl. Segala yang ada dan akan
terjadi di dunia adalah menurut tata tertentu yang bersumber dari yang absolut.
Ontologi realisme: realitas bersifat eksternal dan objektif, di dalam realitas
alam terdapat hukum-hukum objektif (kausalitas). Manusia dan masyarakat tunduk
pada hukum-hukum tersebut. Manusia mempunyai intelegensi sebagai alat untuk menyesuaikan
diri (beradaptasi) terhadap lingkungan. Epistemologi idealisme: sumber
pengetahuan adalah dari dalam diri
karena manusia mempunyai ide bawaan. Pengetahuan diperoleh melalui
berpikir, intuisi atau introspeksil. Uji kebenaran pengetahuan melalui teori
uji koherensi atau konsistensi. Epistemologi realisme: sumber pengetahuan
adalah dari diri luar subyek. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman.
Kebenaran pengetahuan diuji melalui teori uji korespondensi. Aksiologi
idealisme: nilai bersumber dari realitas absolut, nilai bersifat abadi/tidak
berubah, sedangkan menurut realisme: nilai bersumber dari hukum alam dan adat
istiadat masyarakat.
Pendidikan implikasi
dari pandangan diatas maka pendidikan adalah proses konservasi kebudayaan.
Pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada karena
telah teruji dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah. Pendidikan adalah
persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri. Tujuan pendidikan adalah
mentransmisi kebudayaan, sebab itu sekolah hendaknya berpusat pada masyarakat.
Kurikulum: berisi
berbagai pengetahuan dan agama yang dipandang esensial, dan subject matter
centered. Metode: mengutamakan metode tradisional yang berhubungan dengan
disiplin mental. Guru hendaknya berperan sebagai mediator dunia
masyarakat/orang dewasa dengan dunia peserta didik; guru adalah pengambil
inisiatif dalam proses pendidikan, sedangkan peserta didikk berperan untuk
menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai yang absolut atau terhadap masyarakat
dan alam. Belajar adalah menerima nilai-nilai sebagaimana diajarkan guru atau
pendidik.
Rangkuman KB 2: Perenialisme dan Konstruktivisme
Perenialisme
berkembang sebagai reaksi dan solusi yang ditawarkan atas terjadinya krisis
kebudayaan dalam kehidupan manusia moderen. Aliran filsafat ini didukung oleh
idealisme (Plato), Realisme (Aristoteles), Jumanisme Rasional dan
Supernaturalisme (Thomas Aquinal).
Ontologi. Sesuai
dengan latar belakangnya, aliran ini berpandangan bahwa manusia memerlukan
jaminan tentang “realitas yang universal-ada kapanpun dan di manapun sama”.
Ontologinya berkenaan dengan asas supernatural, teleologis, dan hyllemorphe.
Karena itu, dikenal konsep individual thing, accident, dan essensi.
Epistemologi: pengetahuan diperoleh manusia melalui berpikir deduktif karena
itu harus bersandar pada self-evidence. Berpikir induktif juga diakui dalam
rangka mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan dalam rangka
mempelajari individual thing sebagaimana dilakukan sains. Namun, sains
mempunyai ketergantungan kepada filsafat untuk mendapatkan asas mendasarnya
(first principle). Aksiologi: hakikat nilai diturunkan dari yang absolut.
Pendidikan. Implikasi
dari pandangan diatas, perenialisme memandang pendidikan sebagai cultural
regression; sebagai jalan kembali atau proses kembali manusia sekarang ke dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal. Pendidikan
bersifat universal, dan abadui. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup. Tujuan
pendidikan adalah membantu peserta didik menyingkap dan menginternalisasi
nilai-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebaikan dalam hidup. Kurikulum
bersifat subjek centered uniform, universal dan abadi. Mata pelajaran yang
mempunyai rasional konten berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya karena
harus mengembangkan rasionalitas manusia. Sumber isi kurikulum adalah
karya-karya besar berupa the great book. Metode pendidikan dilakukan melalui
membaca dan diskusi karya-karya besar yang tertuang dalam the great book.
Konstruktivisme
berkembang dalam rangka mengatasi proses pendidikan yang pada umumnya dilakukan
melalui transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Parakonstruktivis ingin
mengubah agar siswa belajar melalui suatu proses dengan cara-cara yang bermakna
memperkaya dan memungkinkan siswa menginterpretasikan alam semesta dengan
pengertian ilmiah.
Antologi konstruktivis
tidak mengetahui apa sesungguhnya substansi realitas ini mereka tidak tertarik
atas persoalan tersebut.
Pendidikan
konstruktivisme memandang pendidikan (mengajar) bukan sebagai kegiatan menyampaikan
pengetahuan melainkan membantu siswa berpikir secara benar dengan membiarkannya
berpikir sendiri. Mengajar adalah berpartisipasi dengan pelajar dalam
mengkonstruksi pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap
kritis, dan mengadakan justifikasi. Tujuan pendidikan lebih mengutamakan
perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam.
MODUL 5
KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Rangkuman KB
1: Kondisi
Pendidikan di Indonesia
Pada masa awal
perkembangannya, pendidikan di Indonesia sangat diwarnai oleh pendidikan yang
berbasis sosial budaya dilanjutkan dengan berbasis agama yang meliputi agama
Hindu, Budha, Islam, Katholik dan Kristen Protestan.
Pendidikan berbasis
agama Hindu Budha berkembang pada masa kejayaan Hindu Budha. Begitu juga
pendidikan berbasis ajaran Islam berkembang sejak berkembangnya kerajaan Islam
di Nusantara yang bertahan di masa penjajahan Belanda. Penyebaran agama Islam
melalui para wali songo kemudian berkembang agama Khatolik yang dibawa
misionaris oleh bangsa Portugis dan disusul Bangsa Spanyol, sedangkan
pendidikan berlandaskan ajaran Kristen Protestan dibawa oleh Belanda.
Pendidikan pada jaman
penjajahan Belanda diarahkan untuk kepentingan penjajah melalui penyediaan
tenaga dan terampil yang akan digunakan oleh pemerintah kolonial.
Setelah kemerdekaan 17
agustus 1945 yang mana didalamnya memuat pancasila sebagai dasar negara.
Bersamaan dengan berjalannya revolusi fisik, pemerintah mulai mempersiapkan
sistem pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945.
Rangkuman KB 2: Aliran Pendidikan di Indonesia
Perguruan Muhammadiyah
lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasional yang diawali dengan berdirinya Budi
Utomo tahun 1908 dan masuknya pengaruh pembaharuan dalam pemikiran Islam pada
awal abad ke 20. Baik pada zaman penjajahan Belanda maupun setelah merdeka,
sekolah Muhammadiyah menampung semua golongan masyarakat.
Pengakuan atas
kebebasan anak adalah prinsip yang paling pokok pada taman siswa. Taman siswa
secara kuat memberikan corak pada sistem pendidikan nasional pada saat ini.
Ins Kayu Tanam.
Pendidikannya didasarkan pada aktivitas dan bertujuan melahirkan dan memupuk
semangat bekerja dan percaya diri. Pendidikan kayu tanam tidak menggantungkan
pada orang lain.
MODUL 6
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Rangkuman KB
1: Kebudayaan, Kepribadian dan Pendidikan
Dalam arti sempit
kebudayaan ditafsirkan orang sama dengan kesenian, sedangkan dalam arti luas
kebudayaan meliputi hampir seluruh kehidupan manusia. Ada 3 wujud kebudayaan,
1.
Wujud ideal
2.
Wujud sistem sosial
3.
Wujud fisik
Dalam masyarakat
majemuk, kebudayaan dapat digolongkan kedalam kebudayaan suku bangsa,
kebudayaan umum lokal dan kebudayaan naional. Kebudayaan berfungsi sebagai
dasar atau alat bagi manusia dalam menghadapi realitas kehidupan dan menangani
masalah. Kebudayaan memiliki karakteristik organik dan superorganik, over dan
cover, ideal dan aktual, serta stabil dan berubah.
Pendidikan merupakan
salah satu pranata kebudayaan, pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan.
Terdapat hubungan komplementer antara kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan
menjadi input bagi pendidikan, sebaliknya pendidikan memiliki konservasi dan
inovasi bagi kebudayaan.
Rangkuman KB 2: Karakteristik dan Kemajemukan Sosial Budaya Indonesia
Manusia dan masyarakat
Indonesia bersifat majemuk, tetapi mereka tetap satu, yaitu bangsa Indonesia.
Kemajemukan bangsa Indonesia meliputi karakteristik fisiknya, karakteristik
lingkungan fisiknya, dan sosial budaya. Karakteristiknya yakni bahwa suku-suku
bangsa masyarakat Indonesia secara fisik dapat digolongkan kedalam 3 ras yaitu
negroid, pedoid, dan mongolid.
Lingkungan fisik
kepulauan nusantara dimana masyarakat Indonesia tinggal juga bersifat majemuk.
Kemajemukan tersebut baik ditinjau secara tofografi, hidrologi. Lingkungan
fisik tersebut ada yang berupa gunung-gunung, perbukitan daratan, lembah,
lautan, pantai dan tepian sungai diantaranya banyak juga masih merupakan daerah
pedalaman yang terpencil. Kemajemukan terwujud juga dalam realitas sosial
budaya Indonesia. Ada 3 golongan kebudayaan ;
1.
Kebudayaan suku bangsa atau kebudayaan daerah
2.
Kebudayaan umum lokal
3.
Kebudayaan nasional.
Rangkuman KB 3: Implikasi Karakteristik Manusia Indonesia pada Pendidikan
Pancasila dan UUD 1945
tergolong wujud ideal kebudayaan nasional. Pancasila berfungsi sebagai falsafah
hidup bangsa, serta jiwa dan kepribadian bangsa indonesia. Adapun wujud ideal
dari kebudayaan berfungsi sebagai dasar dan alat bagi manusia untuk dapat
mengatasi berbagai masalah dalam menghadapi lingkungannya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya dan kelangsungan hidupnya.
Profil karakteristik
fisik, lingkungan fisik dan kemajemuakan sosial budaya Indonesia antara lain
berimplikasi terhadap sifat pengelolaan pendidikan, wajib belajar pendidikan 9
tahun, gerakan nasional orang tua asuh, dan kurikulum pendidikan.
TUGAS III
RANGKUMAN
PENGANTAR
PENDIDIKAN (MKDK4001)
MODUL 7-10
MODUL 7
PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB
1: Aspek-aspek penyebab Perubahan Sosial
Terdapat perbedaan
antara perubahan budaya dengan perubahan sosial. Dalam aspek perubahan budaya
yang berubah adalah unsur-unsur budayanya seperti pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan
manusia sebagai masyarakat.
Aspek-aspek yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial di Indonesia diantaranya demokratisasi,
globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi
merupakan proses meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kehidupan.
Globalisasi adalah penyebab lain terjadinya perubahan sosial. Globalisasi dapat
menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan secara capat kepada
manusia seperti bidang kesehatan, pemukiman, cara berpikir, cara belajar dan cara
hidup manusia.
Rangkuman KB 2: Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia
Arus demokrasi,
globalisasi, dan iptek telah menimbulkan perubahan sosial di Indonesia.
Perubahan itu antara lain nasionalisme dan otonomi daerah. Nasionalisme adalah
suatu paham yang menjadi ilham kepada sebagian terbesar penduduk dan mewajibkan
dirinya untuk mengilhami anggota-anggotanya. Pengertian nasionalisme ada yang
didasarkan atas manusianya, dan didasarkan atas perpaduan politik, sosial,
ekonomi dan budaya. Otonomi daerah adalah pemberian wewenang dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah dan daerah mempunyai kekekuasaan untuk
merencanakan, melaksanakan sendiri urusan yang diserahkan pemerintah pusat
dengan konsekwensi bahwa daerah harus mampu membiayainya pula.
MODUL 8
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Rangkuman KB
1: Sistem dan Sistem Pendidikan
Konsep pendidikan
meliputi 4 hal yaitu definisi sistem, ciri-ciri sistem, jenis-jenis sistem dan
model-model sistem. Intergrasi konsep sistem kedalam pemikiran akan memunculkan
pandangan sistem atau cara berpikir sistem. Pendekatan sistem melalui 3 aspek
yaitu filsafat sistem, analisis sistem dan manajemen sistem.
Sistem pendidikan
nasional berada bersama sistem lainnya seperti sistem ekonomi, sistem politik
dan sosial budaya. Sebagai sistem terbuka sistem pendidikan nasional mengambil
input dari lingkungannya. Pada dasarnya terdapat 3 jenis sumber input utama
bagi pendidikan ;
1.
Ilmu Pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan yang berlaku
di masyarakat
2.
Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia
3.
Faktor ekonomi
Rangkuman KB 2: Sistem Pendidikan nasional
Sistem pendidikan
nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sistem pendidikan
nasional diselenggarakan berdasarkan seperangkat landasan yuridis antara lain
UUD Negara RI 1945, UU RI NO 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Satuan-satuan pendidikan tersebut terdapat 3 jalur pendidikan yaitu pendidikan
informal,formal dan nonformal. Dalam sistem pendidikan nasional terdapat 3
jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
MODUL
INOVASI PENDIDIKAN
Rangkuman KB
1: Inovasi dan Difusi Inovasi Pendidikan
Inovasi pada dasarnya
merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik
tertentu berupa produk dari suatu olah pikir dan oleh teknologi yang diterapkan
melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan yang timbul. Ciri utama inovasi adalah memiliki kekhasan, unsur
kebaruan dilakukan melalui program yang terencana dan bertujuan untuk
perbaikan. Perubahan dalam inovasi dapat berupa penggantian, perubahan,
penambahan, penyusunan, dan penguatan. Difusi inovasi dimaknakan sebagai
penyebarluasan gagasan inovasi melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan
menggunakan saluran tertentu tentang waktu tertentu diantara anggota
masyarakat. Ada 4 faktor yang mempengaruhi difusi inovasi:
1. Esensi
inovasi itu sendiri
2. Saluran
komunikasi
3. Waktu
dan proses penerimaan
4. Sistem
sosial
Rangkuman KB 2: Adopsi dan pelaksanaan Inovasi Pendidikan
Tahapan proses
keputusan inovasi mencakup :
1. Tahap
pengetahuan
2. Tahap
bujukan
3. Tahap
pengambilan keputusan
4. Tahap
implementasi
5. Tahap
konfirmasi
Terdapat 5 jenis
kelompok dalam proses adopsi inovasi yaitu : kelompok pembaharuan, adoptor
awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan adoptor akhir. Karakteristik inovasi
mempercepat adopsi inovasi adalah keuntungan relatif, memiliki kekompakan,
memiliki derajat kompleksitas, dapat dicobakan, dan dapat diamati.
0 Response to "Resume Pengantar Pendidikan"
Posting Komentar