Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai
produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil
temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan
teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang
dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai
implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya IPA sebagai proses.
Siswa SD
yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk
dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan
cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis
yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan
menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang.
Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir
tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya
tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam
belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang
harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:
1. Pemahaman kita tentang dunia di
sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non
inderawi.
2. Pengetahuan yang diperoleh tidak
pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses
pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu
diungkap di setiap awal pembelajaran.
3. Pengetahuan pengalaman mereka ini
pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang
Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu
merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4. Setiap pengetahuan mengandung fakta,
data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru
IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari
itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5. IPA terdiri atas produk dan proses.
Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru
yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa
perkembangan IPA sangat pesat.
Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka
akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan
cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta
cara-cara menarik kesimpulan.
Ketercapaian Konsep
Menurut
Nuryani R (2005: 51) konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan
ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu
fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang
membedakannya dari kelompok lain. Konsep-konsep IPA sesuai dengan KTSP yang
harus dikuasai oleh siswa SD kelas III secara umum antara lain: ciri-ciri
makhluk hidup, penggolongan makluk hidup, lingkungan, benda, perubahan sifat
benda, gerak, energi, cuaca, bentuk permukaan bumi, dan sumber daya alam.
Proses belajar dan mengajar merupakan suatu langkah
untuk membimbing siswa dalam menguasai suatu konsep dan sub konsepnya. Siswa
dibimbing melalui metode mengajar dan media pembelajaran sehingga dapat
menguasai konsep suatu pokok bahasan. Ketercapaian konsep merupakan
konsep-konsep dalam Standar Isi KTSP yang secara minimal harus dikuasai oleh
siswa. Ketercapaian konsep dapat diukur melalui tes ketercapaian konsep kepada
siswa.
Kemampuan siswa dapat digolongkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan mudah diamati dengan menggunakan tes. Menurut Gorman dalam Bambang Subali dan Paidi (2002: 13) kemampuan seseorang meliputi kemampuan intelektual (aptitude) dan kemampuan psikomotor. Kemampuan intelektual mencakup produk dan proses. Adapun yang termasuk produk adalah fakta, konsep, dan struktur ilm pengetahuan, sedangkan yang termasuk proses adalah kreativitas, pemecahan masalah, dan komprehensif. Pencapaian belajar atau hasil belajar duperoleh setelah melakukan suatu program pembelajaran. Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kemampuan siswa dapat digolongkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan mudah diamati dengan menggunakan tes. Menurut Gorman dalam Bambang Subali dan Paidi (2002: 13) kemampuan seseorang meliputi kemampuan intelektual (aptitude) dan kemampuan psikomotor. Kemampuan intelektual mencakup produk dan proses. Adapun yang termasuk produk adalah fakta, konsep, dan struktur ilm pengetahuan, sedangkan yang termasuk proses adalah kreativitas, pemecahan masalah, dan komprehensif. Pencapaian belajar atau hasil belajar duperoleh setelah melakukan suatu program pembelajaran. Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode Pembelajaran Eksperimen
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung
pada banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang dilakukan oleh
pendidik (guru). Guru yang mengajar dengan metode yang tepat akan membuat siswa
senang, tekun, antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar
yang dapat dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja
kelompok, dan karya wisata (media.diknas.go.id)
Salah satu
metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah
metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana
guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari
hasil percobaan itu. Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran
sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah
yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan
sebagainya. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu
metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk
dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Adrian, 2004).
Setiap
metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara
metode-metode yang lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok
bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi
yang lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang
disampaikan oleh guru tertentu, belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain
(pakguruonline.pendidikan.net). Metode eksperimen pun mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
Metode Eksperimen
- Metode
ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
membaca buku.
- Siswa
dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
- Metode
ini dapat menumbuhkan dan membina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat
bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan
Metode Eksperimen
Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
0 Response to "Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar"
Posting Komentar