EVALUASI HASIL BELAJAR IPA DI SD

EVALUASI HASIL BELAJAR IPA DI SD

Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Aspek terpenting yang berkaitan dengan teknik pembelajaran IPA adalah sistem evaluasi yang digunakan. Sistem evaluasi yang dilakukan guru sangat menentukan pola belajar siswa. Jika dalam evaluasi yang ditanyakan hanya hapalan, jangan mengharapkan bahwa siswa akan mempelajari di luar hapalan. Jika guru tak pernah mengevaluasi kemampuan keterampilan proses, wajar mereka enggan atau tak suka mempelajari atau melakukannya. Jika evaluasi pembelajaran IPA selalu berupa soal-soal yang mengutamakan perhitungan matematik, maka wajar mereka tertarik belajar soal-soal dan penyelesaiannya, tanpa belajar memahami konsepnya lebih dulu.
            Sistem evaluasi yang ada sekarang perlu dikembangkan sesuai dengan teknik pembelajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan IPA itu sendiri. Pengembangan pertama yang terpenting adalah bahwa evaluasi pembelajaran IPA tidak cukup hanya mengevaluasi aspek produk IPA yang berupa pemahaman ter-hadap konsep, prinsip, teori, dan hukum IPA saja. Evaluasi pem-belajaran IPA hendaknya mencakup ketiga aspek yang ada pada IPA yaitu produk, proses, dan sikap.
Dalam penilaian hasil belajar terdapat beberapa istilah yaitu evaluasi, pengukuran, tes, dan asesmen.
Evaluasi yang sering diartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes. Tujuannya adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu untuk menjawab pertanyaan bagaimana suatu proses atau hasil suatu program (Nitko, 1996:7). Evaluasi lebih diarahkan pada seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil seseorang atau program telah dicapai/diperoleh (Zainul, 1993:6). Pengukuran diartikan sebagai prosedur pemberian angka (biasa disebut skor) kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan yang jelas (Zainul & Nasution, 1993:6; Nitko, 1983:5). Pengukuran adalah proses kuantifikasi, hasilnya selalu digambarkan dalam angka-angka (Noll, 1957). Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan, yang diukur adalah atribut atau karakteristik siswa, misalnya pengetahuannya, keterampilannya dan sikapnya.
Tes dapat diidentifikasikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul dan Nasution, 1993:2).
Asesmen, Istilah asesmen berasal dari kata assess yang berarti menempatkan sesuatu atau membantu penilaian. Dalam konteks evaluasi, assessment berarti proses pengambilan data dan membuat data tersebut ke dalam suatu bentuk yang dapat diinterprestasikan; keputusan atau pertimbangan dapat dibuat berdasarkan asesmen ini. (Encyclopedia of Education and Evaluation; 1989). Asesmen adalah kegiatan mengevaluasi pendidikan dengan cara mengumpulkan informasi mengenai siswa untuk menentukan strategi pengajaran yang tepat (Wallace & Larsen, 1979). Pengertian lainnya mengenai asesmen adalah suatu istilah yang meliputi semua metode yang dikemas dan digunakan untuk menilai kinerja siswa, baik secara perseorangan maupun secara kelompok. Asesmen merujuk pada penilaian menyeluruh yang meliputi beberapa aspek yang dimiliki siswa, yaitu pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; atau dapat pula merujuk pada alat ukur yang digunakannya. Alat ukur yang digunakan pada asesmen meliputi berbagai metode atau prosedur, formal maupun informal untuk menghasilkan informasi mengenai siswa, misalnya tes tertulis atau pedoman wawancara (Conner,1997:10). b. Target Pencapaian Hasil Belajar Target pencapaian hasil belajar siswa, menurut Stiggins (1994) meliputi pengetahuan, penalaran, produk, keterampilan, dan afektif. Pembahasan target hasil belajar dibagi atas ranah kognitif yang membahas aspek pengetahuan dan penalaran, ranah afektif, serta ranah keterampilan dan produk.
Guru Sebagai Pemegang Otoritas, Guru secara langsung melakukan penilaian untuk mengukur apa yang telah dipelajari siswa dan apa yang dirasakan siswa. Guru adalah pengendali sistem penilaian yang dapat menentukan keefektifan sekolah.
Siswa Sebagai Pemegang Kunci, Siswa adalah pengguna yang utama hasil penilaian. Siswa menggunakan hasil penilaian guru mereka untuk menyusun harapan-harapan diri mereka. Mereka menaksir kemungkinan sukses berdasar pada penilaian sebelumnya.
Target yang Jelas dan Tepat Kualitas penilaian bergantung pada hal yang pertama dan utama, yakni kejelasan dan ketepatan definisi dari tujuan pencapaian yang akan dinilai. Kita tidak bisa menilai secara efektif jika kita tidak mengetahui dan memahami apa itu nilai keluaran. Ada beraneka macam nilai keluaran dari sistem pendidikan, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai dengan pemecahan masalah yang kompleks. Semua itu penting. Tetapi untuk menilai mereka, kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita mengetahui dengan baik maksud dari melakukan penilaian? Dan, apa arti „berhasil secara akademis‟ itu? Kita siap untuk menilai ketika kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jelas dan percaya diri.
Penilaian mencakup lima standar mutu yang khas. Dan semua penilaian harus memenuhi lima standar tersebut. Lima standar mutu penilaian adalah sebagai berikut.
a) Standar pertama, penilaian muncul dari pencapaian target atau tujuan yang jelas.
b) Standar kedua, mempertimbangkan tujuan atas penilaian yang dibuat.
c) Standar ketiga, penilaian menggunakan satu metode penilaian yang mampu mencerminkan  target yang dihargai.
d) Standar keempat, memberi prestasi kepada siswa sewajarnya.
e) Standar kelima, mendisain, mengembangkan, dan menggunakan penilaian dengan cara yang diizinkan untuk mengendalikan semua sumber yang dapat menyebabkan penyimpangan.
Memperhatikan Dampak Hubungan Antarpribadi Penilaian adalah suatu aktivitas antarpribadi yang sangat kompleks yang hampir selalu disertai oleh pribadi yang terdahulu dan konsekuensi- konsekuensi pribadi. Ketika kita membiarkan para siswa kita untuk ditaksir, kita mengungkapkan kepada mereka kemungkinan manfaat dan keburukannya terhadap pribadinya dan nilai akademisnya. Penilaian menghubungkan para siswa agar terus-menerus memunculkan konsep diri pribadi dan akademis. Menurut Messick (1989), para siswa lebih merasa terkendali ketika mereka mengetahui bagaimana caranya berhasil, dan merasakan mereka dapat mempengaruhi masa depan mereka sendiri. Mereka kehilangan kontrol ketika mereka tidak memahami arti dari sukses atau gagal. Jadi, penilaian dapat menjaga perasaan mereka menjadi terkendali. Dengan demikian, kita harus selalu mengejar penilaian yang berkualitas tinggi, komunikasikan hasil penilaian dengan cara sensitif dan pribadi, dan hasil penilaian disiapkan agar dapat memberikan dukungan kepada para siswa yang prestasinya rendah.
Metode-Metode Dasar dalam Pengevaluasian Berdasarkan target-target pencapaian hasil belajar yang dapat digunakan untuk menilai target-target hasil belajar yang diharapkan dari siswa tersebut, di antaranya adalah respon pilihan, esai, asesmen kinerja, komunikasi personal, dan portofolio.
a. Respon pilihan Respon pilihan termasuk ke dalam jenis tes obyektif. Tes obyektif artinya hanya ada satu jawaban yang benar. Siswa diberi sejumlah pertanyaan, yang masing-masing disertai dengan jawaban pilihan. Kemudian siswa diminta untuk memberikan jawaban yang benar atau jawaban yang paling tepat dari pilihan. Respon pilihan dapat berupa soal benar-salah, pilihan ganda, dan mencocokkan.
b. Esai Esai termasuk ke dalam tipe pertanyaan subyektif. Di dalam pertanyaan esai, siswa bebas untuk memilih, membingkai, dan memberikan buah pikiran mereka dengan cara mereka sendiri. Pertanyaan esai biasanya berupa kalimat prosa atau risalah pendek.
c. Penilaian kinerja Penilaian kinerja dilandaskan pada pengamatan selama proses peragaan kemampuan atau pada evaluasi penciptaan produk. Hasil penilaian kinerja ditunjukkan dengan kualitas proses dan produk yang dihasilkan.
d. Komunikasi personal Salah satu cara yang lazim digunakan dalam melakukan penilaian seorang siswa adalah dengan cara berbicara dengan mereka.

Bentuk komunikasi personal seorang siswa dapat menghadirkan penilaian tentang prestasi siswa itu. Bentuk-bentuk penilaian komunikasi pribadi siswa ini termasuk di dalamnya adalah pertanyaan dan jawaban selama berlangsungnya pengajaran, wawancara, konferensi, percakapan, dan mendengarkan selama diskusi kelas, percakapan dengan orang lain (guru lain dan orang tua) tentang prestasi siswa, dan ujian lisan. Penilaian komunikasi personal adalah penilaian yang terlihat menonjol dalam penilaian kelas.  Portofolio, Selain metode-metode penilaian di atas, ada juga penilaian yang digunakan dari portofolio.  Penilaian Ranah Kognitif, Untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dapat menggunakan berbagai tipe tes. Dalam bagian ini, Anda akan mempelajari bagaimana cara-cara mengkonstruksi butir soal terutama soal esai dan pilihan ganda. Uraian pada bagian ini diharapkan tidak saja akan membekali Anda mengenai pengetahuan konstruksi soal tetapi diharapkan mampu menyusun butir soal sendiri sehingga Anda memiliki keterampilan dalam pengkonstruksian butir soal.  Klasifikasi Ranah Kognitif dan Tujuan Belajar Prinsip atau dasar pertama dalam mengkonstruksi butir soal adalah harus dapat mengukur apa yang telah dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Prinsip ini tentunya harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ada dalam setiap kegiatan pembelajaran. Untuk keperluan ini Anda harus sudah memahami cara-cara merumuskan tujuan pembelajaran baik yang merujuk pada taksonomi tujuan pendidikan menurut Bloom atau Mager atau yang lainnya. Bloom mengklasifikasikan unjuk perbuatan kognitif ke dalam enam tataran perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "EVALUASI HASIL BELAJAR IPA DI SD"

Posting Komentar