Rangkuman Keterampilan Dasar Menulis
MODUL I
MENULIS DAN PENALARAN
Menulis adalah bentuk keterampilan
dan pengetahuan yang banyak melibatkan kemampuan siswa. Dalam sebuah tulisan
terkandung gagasan penulis untuk disampaikan kepada orang lain. Ketika akan
menyampaikan gagasan, penulis harus mampu mencari bahasa yang dapat dimengerti
oleh orang lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat.
Salah satu label yang diberikan
kepada dunia pendidikan di negara kita bahwa anak-anak Indonesia memiliki
kemampuan rendah dalam menulis. Hal itu dimungkinkan karena kurangnya latihan
menulis. Daud (2003:6) mengungkapkan bahwa pengajaran dan pelatihan menulis
terasa terpinggirkan. Penyebabnya adalah metode
mengajar yang tidak berorientasi pada kemampuan berbahasa yaitu
pengajaran dengan cara menyuruh mengahafal, menekankan gramatika, mengajarkan
teori kebahasaan, dan mencapai target
ujian.
Menulis yang dimaksudkan adalah
dalam bentuk menuangkan ide-ide, bukan menulis dalam arti menyalin buku
pelajaran. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis tidak perlu disikapi dengan
mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pelajaran mengarang pada mata pelajaran
bahasa Indoensia ditiadakan.
Ada ungkapan yang sangat bijak yaitu bisa
karena terbiasa. Apapun bentuk yang semula dianggap sulit, kalau dikerjakan
terus menerus akan menjadi hal yang
biasa, maka akan menjadi mudah dan bahkan karena sudah terbiasa akan sulit
untuk meninggalkannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa terbiasa
menulis, yaitu pertama, mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk
tulisan yang benar, misalnya bentuk huruf kapital dan bentuk huruf kecil yang
harus dipakai. Dari sejak dini siswa diajak untuk melakukan hal-hal yang benar.
Siswa jangan dibiarkan membuat kesalahan hanya karena mereka dianggap masih
kecil. Perlahan tapi pasti, siswa diajak untuk mengetahui dan memperbaiki
kesalahan. Kedua, memperbanyak kosakata dalam berbahasa. Hal ini akan
memudahkan siswa dalam mengemukakan gagasan, pendapat ataupun pengetahuannya ke
dalam bahasa tulis karena siswa
dituntut untuk dapat merangkai kosakata tersebut menjadi kalimat yang memiliki
makna. Ketiga, membiasakan siswa untuk membuat garis besar yang akan ditulis.
Dengan cara ini, siswa diharapkan tidak
melupakan poin-poin yang harus hadir dalam tulisannya. Keempat, membiasakan
membaca ulang. Respon terhadap tulisan yang dibaca siswa akan memberikan
gambaran pada aspek kognitifnya untuk memahami apa yang dibacanya. Di sini
siswa bertindak sebagai pembaca, sehingga kejanggalan atau ketidakefektifan
makna sebuah tulisan akan dapat dipahaminya dan tentu saja untuk diubah atau
diperbaiki.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa
yang paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan,
berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan tadi kemampuan
menulis paling sulit dikuasai siswa bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan (Nurgiantoro, 2001:296). Hal itu disebabkan kemampuan menulis
menghendaki berbagai unsur kebahasaan
dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.
Baik unsur bahasa maupun unsur isi harus
terjalin dengan baik sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Jika dalam berbicara, seseorang
harus menguasai lambang-lambang bunyi, kegiatan menulis menghendaki orang
menguasai lambang-lambang visual dan aturan tata tulis, khususnya menyangkut
masalah ejaan.
Guru tetap merupakan unsur yang terpenting
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk belajar. Oleh karena itu
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal guru dituntut untuk aktif, kreatif,
inovatif, konstuktif, dan menyenangkan. Dengan melakukan inovasi dalam kegiatan
pembelajaran terutama pembelajaran menulis diharapkan pelajaran bahasa
Indonesia menjadi menyenangkan sehingga minat belajar siswa menjadi tinggi.
Menulis sebagai Proses
Banyak pendapat yang berkaitan dengan
belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh
pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan
koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya
tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri.
Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian
kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan.
Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah
tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran
karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan
kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide
demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah
fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan
penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan
berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan
penulisnya.
JENIS-JENIS TULISAN
Surat
Kata ‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau
dengan kata lain surat adalah kertas yang berisi tulisan. Jika kita berbicara
tentang tulisan maka kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya
adalah alat komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang
membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu kepada orang
lain. Secara garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi surat pribadi, surat
dinas, dan surat yang dibuat untuk kepentingan sosial.
Surat lamaran sebenarnya merupakan salah satu
surat pribadi hanya surat ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk memperoleh
suatu pekerjaan. Surat dinas merupakan surat resmi yang digunakan oleh suatu
instansi untuk kepentingan administrasi baik pemerintahan maupun swasta. Dari
segi bahasa surat dinas memiliki empat ciri yakni (a) bahasa yang jelas
artinya, bahasa yang digunakan tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan
secara berbeda oleh si penerima surat; (b) bahasa yang lugas dan singkat
artinya, bahasa yang digunakan langsung tertuju pada persoalan yang ingin
dikemukakan sehingga tidak berbelit-belit; (c) ba-hasa yang santun artinya,
bahasa yang digunakan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang wajar kepada
si penerima surat; (d) ba-hasa yang resmi artinya, bahasa yang digunakan
mengikuti kaidah baku bahasa Indonesia yang tercermin dari pilihan kata, ejaan,
dan struktur kalimat yang digunakan. Surat niaga merupakan salah satu jenis
surat dinas, tepatnya surat dinas yang digunakan dalam instansi swasta yaitu
pada perusahaan-perusahaan atau badan usaha.
Pengumuman dan Iklan
Iklan setidaknya memiliki dua pengertian.
Pertama, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai
agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, iklan adalah
pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di pasang
di media massa, seperti di surat kabar dan majalah, atau di tempat-tempat umum.
Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan,
menurut Freud D. White, terdiri atas tiga hal yang berfungsi saling menguatkan,
yakni tema, ilustrasi, serta naskah dan logo. Sebagaimana dalam wacana, tema
memiliki peran yang strategis dalam menyuarakan isi pesan sekaligus menampilkan
daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan
sumber.
Terdapat beberapa persyaratan yang mesti
dipenuhi agar sebuah iklan dapat menarik pembaca atau calon konsumen yaitu,
berbentuk pemberitahuan tentang barang dan jasa; menggunakan metode yang dapat
memotivasi; dipasang pada media yang sesuai; menggunakan bahasa yang persuasif
dan ilustrasi yang menarik.
Pemasangan iklan itu sendiri dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk (langsung atau tidak langsung) dan dengan berbagai media
(elektronik atau cetak). Pilihan bentuk dan media beriklan akan mempengaruhi
cara saji iklan itu sendiri serta biaya yang dikeluarkan. Semakin canggih media
yang digunakan, biasanya semakin mahal pula biaya yang dibutuhkan dan semakin
tinggi pula kreativitas yang dituntut untuk membuat sebuah iklan.
Iklan dapat dipasang melalui berbagai media
yaitu media cetak, elektronik, ragaan, dan udara. Media cetak dapat berupa
koran (surat kabar), tabloid, buletin, dan majalah. Media elektronik dapat
melalui radio dan televisi, atau film (layar lebar). Media ragaan dapat
menggunakan kaos (pakaian), bus, atau papan di tempat umum. Media udara dapat
menggunakan pesawat terbang dan balon udara.
Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
pembuat iklan. Kriteria ini dapat dikatakan sebagai persyaratan membuat iklan
yakni berkenaan dengan etika. Etika beriklan agar iklan tidak hanya dikatakan
baik dari segi bisnis tetapi juga baik dari sisi penggunaan bahasa dan
bersosialisasi. Etika tersebut adalah mematuhi kaidah-kaidah bahasa, bersaing
secara positif, dan tidak mendustai konsumen.
Naskah
Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai (1) karangan yang masih ditulis tangan; (2) karangan
seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset;
(4) ran-cangan.
Naskah dapat berupa karya sastra yang masih
dalam tulisan tangan, dalam hal ini adalah karya-karya sastra lama. Karya-karya
sastra lama sebelum abad 19 pada umumnya ditulis tangan dengan menggunakan
wadah daun lontar dan sejenisnya, kulit kayu, dan kulit binatang yang dipilih
dan memiliki ketahanan bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Setelah
kertas datang dan para penulis mengenal kertas sebagai wadah tulisan, baru
kemudian para sastrawan menuliskan karya-karyanya di atas kertas.
Selain pada sastra lama, digunakan pula
istilah naskah pada satu genre sastra yaitu drama. Naskah drama digunakan
sebagai bahan latihan sebuah kelompok teater. Sejenis dengan naskah drama
terdapat naskah film, sinetron, dan televisi yang fungsinya sama dengan naskah
drama.
Pengertian lain mengatakan bahwa naskah adalah
karangan yang belum diterbitkan. Contoh untuk memahami definisi ini adalah
bahan sebuah buku yang masih dalam proses untuk diterbitkan. Artinya, bahan
buku tersebut masih ditelaah, diedit atau disunting. Bahan buku yang masih
dalam proses ini (pengolahan) disebut juga naskah.
Jenis naskah yang lain adalah naskah berita.
Naskah berita berisi informasi yang akan disusun menjadi berita yang akan
diterbitkan di surat kabar. Masih berkaitan dengan informasi yang ditulis dan
bertujuan untuk diberitahukan kepada khalayak, baik secara tertulis yang berupa
selebaran, maupun secara lisan yang berupa ceramah atau pidato juga disebut
sebagai naskah. Jenis naskah seperti ini disebut sebagai naskah pengumuman dan
naskah pidato.
DIKSI, EJAAN, DAN TANDA BACA
Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Diksi sangat
penting dalam berkomuni-kasi secara lisan ataupun tulisan. Dalam komunikasi
lisan, diksi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa yang membuat
orang mengerti dan tidak tersinggung..
Dalam bahasa tulis, seperti dunia
karang-mengarang, diksi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Dalam
hal ini Glenn R. Capp dan Richard Capp Jr dalam Rahmat (1999: 47) memberikan
kriteria kata yang baik adalah kata yang memiliki kejelasan, ketepatan, dan
kemenarikan.
Hal yang membuat diksi perlu diterapkan dengan
baik adalah karena diksi mempengaruhi alunan bahasa. Ini juga biasanya
terkandung dalam pemakaian Gaya Bahasa dan Idiom.
Pemakaian gaya bahasa adalah cara memilih kata
yang bertujuan mengungkapkan makna agar memperoleh efek kuat, mendalam, dan
hidup, karena melalui gaya bahasalah maksud penutur tersampaikan. Ada beberapa
cara penutur menyampaikan gaya bahasa yang biasa disebut majas yaitu:
1.
majas persamaan atau simile;
2.
majas perumpamaan;
3.
majas metafor;
4.
majas metonomia;
5.
majas personifikasi;
6.
majas litotes;
7.
majas hiperbol.
Sedangkan idiom biasanya akan berhubungan
dengan makna-makna bahasa yang kita pilih yang di dalamnya menyangkut makna
konotatif dan denotatif. Makna sinonim, homonim dan polisemi.
Ejaan dan Tanda Baca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:
285), kata eja adalah kata yang hampir tidak pernah berdiri sendiri. Pemakaian
kata eja sering didahului dengan imbuhan me- menjadi mengeja yang artinya
melafalkan, (menyebutkan) huruf-huruf satu demi satu atau digabung dengan
akhiran –an menjadi ejaan yang artinya kaidah-kaidah, cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf)
serta penggunaan tanda baca.
Menurut Arifin dan Tasai (2000: 25), ejaan
adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antar-hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan pengga-bungannya dalam
suatu bahasa). Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
penulisan tanda baca.
Jadi, ejaan adalah aturan yang dipergunakan
dalam tulisan (tatatulis) yang meliputi: 1) penulisan huruf, 2) penulisan kata,
3) penulisan unsur serapan dan 4) penulisan tanda baca.
Ejaan yang pernah digunakan dalam Bahasa
Indonesia dari dulu hingga sekarang yang paling menonjol ada 3 macam. Pertama,
Ejaan Van Ophuisjen yang diresmikan tahun 1901. Ejaan Van Ophuisjen berciri
menggunakan dua lambang untuk satu bunyi yaitu huruf (oe) untuk (u) dan lambang
koma (’) untuk (k) ain, hamzah dan tanda (trema) untuk beberapa kata yang
berasal dari bahasa Arab. Kedua, Ejaan Soewandi yang diresmikan 19 Maret 1947
yang menetapkan perubahan (oe) menjadi u, dan diberlakukannya angka dua (2)
untuk kata menyatakan kata berulang (kata ulang). Ketiga, Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang diberlakukan mulai 16 Agustus 1972 dengan pijakan
dasarnya mengatur penulisan ejaan dalam 4 hal, yaitu:
1)
penulisan huruf,
2)
penulisan kata,
3)
penulisan unsur serapan dan
4)
penulisan tanda baca.
MODUL II
KALIMAT EFEKTIF
Pengertian dan Syarat-syarat Kalimat
Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai
kalimat yang penggunaannya dapat berhasil guna atau dapat mencapai sasaran yang
dituju. dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang mampu memberikan
makna pada pembacanya, persis seperti apa yang ingin disampaikan oleh
penulisnya. Kalimat dapat menjadi efektif jika memperhatikan beberapa persyaratan
yaitu kebenaran struktur, kelogisan, kehematan, dan ketidaktaksaan. Di samping
itu kalimat akan menjadi sangat baik jika memenuhi ketentuan (1) kesejajaran
bentuk, (2) penekanan, dan (3) kevariasian.
Penyusunan Kalimat Efektif
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif di antaranya adalah,
kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat, kemudian gagasan pokok dalam
sebuah kalimat, penggabungan yang menyatakan sebab dan waktu, penggabungan kata
”dengan”, ”yang”, ”dan”, penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan akibat
dan hubungan tujuan. Selain itu untuk mencapai efektivitas dan memberikan
nuansa yang menarik pembaca, pada sebuah kalimat terdapat variasi-variasi.
Variasi tersebut di antaranya adalah, subjek pada awal kalimat, kata modal pada
awal kalimat, frase pada awal kalimat, jumlah kalimat dan jenis kalimat.
PARAGRAF DAN NASKAH PIDATO
Paragraf
Paragraf adalah satuan bagian karangan yang
digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat. Ada
dua hal kegunaan dari paragraf. Pertama, kegunaan paragraf yang terpenting
adalah untuk memberi tanda adanya topik baru atau pengembangan topik lanjutan
dari topik sebelumnya pada sebuah karangan. Dan kedua, adalah untuk menambahkan
hal-hal yang penting atau untuk merinci atau menjelaskan apa yang sudah
dibicarakan dalam paragraf sebelumnya.
Syarat-syarat
Paragraf
a
Syarat kesatuan
b
Syarat pengembangan
c
Syarat koherensi
d
Syarat kohesi
Berdasarkan
tujuannya, paragraf dapat dibedakan sebagai berikut.
a.
Paragraf pembuka
b.
Paragraf penghubung
c.
Paragraf penutup
Jenis-jenis
Paragraf
a.
Deskripsi adalah jenis paragraf yang melukiskan atau menggambar sesuatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.
b.
Narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
c.
Eksposisi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk menerangkan, menguraikan,
atau menyampaikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan
dan pandangan pembacanya.
d.
Argumentasi adalah jenis paragraf yang berusaha untuk meyakinkan pembaca
mengenai kebenaran yang disampaikan penulisnya.
e.
Persuasi adalah jenis paragraf yang ditujukan untuk memengaruhi pendapat dan
sikap pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Naskah Pidato
Pidato tidak hanya dapat diucapkan langsung
oleh orang yang berpidato tetapi bisa juga dilakukan dengan membacakan naskah.
Pembacaan tersebut bisa dilakukan oleh si pelaku tetapi dapat juga diwakilkan.
Untuk keperluan tersebut maka diperlukan naskah pidato.
Oleh karena itu, agar pidato tertulis tersebut
dapat mencapai tujuannya hendaknya tulisan tersebut mampu membuat pendengarnya:
1.
menarik dan membangkitkan minat
2.
mendapatkan pengetahuan dan pengertian
Hal-hal
yang harus diperhatikan pada saat membuat naskah pidato
1.
gunakan tipe huruf lebih besar dari ukuran 12
2.
gunakan huruf besar dan huruf kecil, karena Anda melihat kata-kata dengan naik
dan turun (huruf h dan l bagian atas berada di atas baris, huruf p dan y bagian
bawah berada di bawah baris).
3.
gunakan spasi ganda sebagai pengingat untuk penghentian lebih lama
4.
Jangan pisahkan kata-kata dengan tanda hubung di akhir baris.
5.
gunakan hanya dua pertiga halaman bagian atas untuk menghindari penampilan yang
kedodoran
6.
beri nomor halaman pada bagian sudut kanan atas sehingga Anda dapat melihatnya
secara cepat bila diperlukan
7.
akhiri tiap halaman dengan kalimat lengkap, dan paragraf lengkap jika
memungkinkan.
Berdasarkan
sifatnya, pidato dibagi menjadi dua macam:
1.
Pidato resmi
2.
Pidato tidak resmi
MODUL 3
Karangan
Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi
argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang
formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan
ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan suatu
hasil penelitian (faktual objektif); bersifat metodis dan sistematis; dan dalam
pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah. Agar suatu karangan mampu
memiliki ciri keilmiahannya, karangan jenis ini menuntut adanya persyaratan
material, yang di dalamnya mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang
menjadi tujuan/sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok
pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok
pembicaraan; serta persyaratan formal, yang di dalamnya mencakup tata bentuk
karangan, yaitu (1) preliminaries (halaman-halaman awal) yang meliputi judul,
kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran); (2)
main body (isi utama) yang meliputi pendahuluan, isi, dan penutup; (3)
reference matter (halaman-halaman akhir) yang meliputi daftar pustaka,
lampiran, dan biodata penulis.
Sementara itu, yang dimaksud Karangan
semi-ilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual, yang diungkapkan
dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang
kadang-kadang subjektif. Atas dasar dua pengertian tersebut (ilmiah dan
semi-ilmiah), maka yang disebut karangan nonilmiah adalah karangan yang tidak
terikat pada aturan yang baku. Beberapa contoh yang dapat disebut untuk
memenuhi kriteria karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerita
pendek, cerita bersambung, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
PERENCANAAN KARANGAN
Perencanaan Karangan
Perencanaan disusun sebelum suatu kegiatan
dilakukan atau merupakan suatu persiapan. Perencanaan karangan tidak ubahnya
seperti perencanaan dalam kegiatan-kegiatan yang lain. Tujuan dibuatnya sebuah
rencana adalah untuk mencapai hasil dari suatu kegiatan secara maksimal. Dalam
kegiatan menulis perencana karangan tergolong ke dalam tahap prapenulisan. Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan merumuskan tujuan karangan,
menentukan topik dan sub-subtopik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan
bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan
dalam bentuk kerangka karangan.
Topik karangan adalah hal yang menjadi bahan
pembicaraan dalam sebuah tulisan. Topik karangan harus bermanfaat, layak
dibahas, menarik, dikenal baik, bahan mudah didapati, tidak terlalu luas, dan
terlalu sempit. Topik yang terlalu luas dapat dibatasi dengan 3 cara yaitu
dengan menggunakan diagram jam, diagram pohon, dan piramida terbalik. Syarat
menentukan topik adalah menguasai materi yang akan dibahas atau ditulis. Jika
topik dikuasai, sub-subtopik akan mudah ditentukan.
Menentukan tujuan karangan penting dilakukan
penulis untuk menentukan bentuk karangan (ilmiah, nonilmiah atau sastra,
nonsastra) dan tingkat kerincian karangan. Menentukan sasaran karangan sangat
diperlukan untuk menentukan diksi dan cara penyajian yang tepat sesuai dengan
status sosial, jenjang pendidikan, dan tingkat kemampuan yang dimiliki
pembacanya. Hal ini dilakukan agar apa yang kita tulis dapat dipahami oleh
pembacanya.
Sebelum kita menulis, kita harus mencari,
mengumpulkan, dan memilih bahan-bahan atau informasi yang relevan dengan topik
yang akan kita bahas. Dengan informasi yang lengkap dan relevan maka akan
memudahkan penulis dalam mengembangkan topik karangan. Selain itu,
tulisan/karangan kaya akan informasi yang berhubungan dengan topik yang sedang
kita bahas, pembahasan topik akan lebih mendalam dan luas, dan pembaca akan
memperoleh informasi yang lengkap. Bahan-bahan atau informasi yang dibutuhkan
penulis dapat berupa artikel, gambar/foto, hasil laporan penelitian/pengamatan,
hasil wawancara, dan sebagainya.
Kerangka Karangan
Kerangka karangan menurut Akhadiah (1994: 25)
merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan tentang
bagaimana kita menyusun karangan. Tidak berbeda jauh dengan Akhadiah, Finoza
(2001: 179) juga mengungkapkan bahwa kerangka karangan adalah rencana teratur
tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Sebuah karangan atau tulisan minimal
menggunakan tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, tubuh karangan, dan
kesimpulan. Manfaat yang dapat Anda peroleh bila membuat kerangka karangan
adalah sebagai berikut.
1.
Membantu Anda melihat apa saja yang perlu disajikan dalam tulisan atau
karangan.
2.
Membantu Anda mengembangkan gagasan/ide lebih teratur, logis, dan terfokus.
3.
Membantu Anda mencegah pengulangan paparan ide.
4.
Membantu Anda memaparkan data lebih lengkap.
Jenis kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan
pokok-pokok pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis,
yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat. Pada kerangka topik, pokok
pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kata atau kelompok kata. Pada
kerangka kalimat, pokok pembicaraan diungkapkan dengan menggunakan kalimat
hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat kerangka karangan adalah
sebagai berikut.
1.
Penyusunan kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang telah Anda pilih.
2.
Penyusunan kerangka karangan harus sistematis dan logis.
3.
Penyusunan kerangka karangan untuk mempermudah penyusunan karangan.
Untuk memperoleh kerangka karangan yang
tersusun secara sistematis dan logis, hendaklah ditempuh beberapa langkah
kegiatan berikut ini.
1.
Pengumpulan ide
2.
Penyaringan ide dan penyempurnaan ide
3.
Pengelompokan ide
4.
penyusunan urutan ide
Kerangka karangan dapat dibentuk dengan sistem
tanda atau kode tertentu berupa huruf dan angka. Tanda-tanda yang dipakai harus
ada pasangannya (minimal satu pasangan) dan Penggunaan pasangan tanda harus
konsisten. Kerangka karangan berdasarkan cara mengungkapkan pokok-pokok
pembicaraan ke dalam kerangka karangan terbagi atas dua jenis, yaitu kerangka
topik dan kerangka kalimat. Kerangka kalimat merumuskan setiap topik, subtopik,
maupun sub-subtopik memperguna-kan kalimat berita yang lengkap. Kerangka topik
mengungkapkan pokok pembicaraan dengan menggunakan kata atau kelompok kata
(frase).
Untuk menilai sebuah kerangka karangan, Anda
harus memperhati-kan syarat-syarat kerangka karangan yang baik, yaitu:
1.
pengungkapan maksud harus jelas;
2.
tiap subpokok bahasan dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan;
3.
pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis;
4.
harus mempergunakan pasangan tanda yang konsisten.
MODUL 4
WACANA DESKRIPSI DAN NARASI
Pengembangan Wacana Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang
berusaha untuk memindah-kan kesan, hasil pengamatan, dan perasaannya kepada
pembaca. Penulis berusaha untuk menyampaikan sifat dan semua rincian wujud yang
ditemukan pada objek yang ditulis itu. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan
atau memungkinkan terciptanya daya khayal atau imajinasi kepada para
pembacanya, sehingga seolah-olah pembaca melihat atau merasakan sendiri objek
yang dibicarakan secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulisnya.
Berdasarkan tujuannya, deskripsi dibedakan
menjadi dua yaitu, (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis (deskripsi
ekspositoris), sedangkan berdasarkan cara pendekatannya agar objek yang
digambar-kan dapat tepat maksudnya dibagi menjadi (1) pendekatan realistis, (2)
pendekatan impresionistis, dan (3) pendekatan menurut sikap pengarang.
Berdasarkan kategori yang biasa diungkapkan,
ada dua objek yang dapat kita deskripsikan, hal itu adalah deskripsi orang dan
deskripsi tempat.
Untuk mempermudah melakukan pendeskripsian,
berikut adalah rambu-rambu yang dapat Anda ikuti.
1.
Menentukan hal apa yang hendak dideskripsikan.
2.
Merumuskan tujuan pendeskripsian.
3.
Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.
4.
Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan
dideskripsikan.
Pengembangan Wacana Narasi
Narasi adalah wacana atau wacana yang
mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian
waktu.
Tujuan
pengembangan wacana narasi adalah
1.
ingin memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan
2.
ingin memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Kedua tujuan tersebut akan menghasilkan bentuk
wacana narasi yang berbeda, yaitu narasi ekspositoris dan narasi ugesti.
Perbedaan antara narasi ekspositoris dan
narasi ugesti adalah sebagai berikut.
Narasi
Sugestif
1.
menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2.
menimbulkan daya khayal.
3.
penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau
perlu penalaran dapat dilanggar.
4.
bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada
penggunaan kata-kata konotatif.
Narasi
Ekspositoris
1. memperluas pengetahuan.
2.
menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian.
3.
didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
4.
bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian
kata-kata denotatif.
Komponen-komponen pembentuk prinsip dasar
narasi sugesti adalah alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
Langkah-langkah praktis yang digunakan dalam
mengembangkan wacana narasi.
1.
Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2.
Tetapkan sasaran pembaca kita.
3.
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
4.
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita.
5.
Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
6.
Susunlah tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
MODUL 5
EKSPOSISI , ARGUMENTASI DAN PERSUASI
Pengembangan Karangan Eksposisi
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha
untuk memaparkan, menerangkan, atau menginformasikan sesuatu hal yang berfungsi
untuk memperluas pengetahuan, pandangan, atau wawasan pembacanya.
Wacana eksposisi dikembangkan dengan struktur:
pendahuluan, tubuh wacana, dan penutup atau kesimpulan. Tiap-tiap bagian
tersebut ditulis secara utuh sehingga apa yang ingin disampaikan dapat
tertangkap oleh pembaca dengan mudah.
Langkah
yang harus kita tempuh dalam membuat eksposisi adalah:
a.
menentukan topik wacana,
b.
menentukan tujuan penulisan, dan
c.
merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkap dan tersusun secara
baik
Teknik Pengembangan Eksposisi
1.
Teknik Identifikasi
Sebuah
teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang
membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan
tepat dan jelas.
2.
Teknik Perbandingan
Teknik
yang digunakan untuk mengungkapkan kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan
antara satu hal dengan hal yang lain. Dalam menyampaikan uraian dengan teknik
perbandingan, hal yang harus kita perhatikan adalah tujuan penggunaannya.
Teknik yang dapat digunakan untuk menyampaikan perbandingan adalah
a.
Perbandingan Langsung
b.
Analogi
c.
Perbandingan Kemungkinan
3.
Teknik ilustrasi
Teknik
ini berusaha memberikan gambaran, contoh-contoh, atau penjelasan yang khusus
atau nyata.
4.
Teknik Klasifikasi
Teknik
klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang atau
mengelompokkan bermacam-macam subjek dalam suatu sistem kelas.
5.
Teknik Definisi
Definisi
adalah penjelasan terhadap arti kata atau pengertian suatu kata, frasa atau
kalimat.
6.
Teknik Analisis
Teknik
analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Teknik analisis dapat
dibagi atas sebagai berikut.
a.
Analisis Sebab-Akibat
b.
Analisis Bagian
c.
Analisis Fungsional
d.
Analisis Proses
Pengembangan Karangan Argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang terdiri atas
paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Isi
karangan memuat tiga elemen utama yaitu pernyataan (claim), alasan
(support/graound ) dan pembenaran (warrant ). Di samping itu ada juga elemen
tambahan yaitu: pendukung (backing), modal (modal qualifiers) dan sanggahan
(rebutta). Tujuannya ada bermacam-macam: 1) semata-mata untuk menyampaikan
pandangan, 2) mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu
penyelesaian, 3) meng-usahakan suatu pemecahan masalah, 4) mengupayakan
keyakinan pembaca agar menyetujui dan terpengaruh dengan alasan-alasan penulis.
Adapun yang termasuk ke dalam karangan
argumentasi ini antara lain: makalah, paper, (seminar, simposium, dan
lokakarya), esai, skripsi, tesis, disertasi, dan naskah tuntutan di pengadilan
seperti: naskah pembelaan, pertanggungjawaban, dan surat keputusan. Semua macam
karangan itu dikembangkan dengan menggunakan dua teknik pengembangan
argumentasi yaitu teknik deduktif dan teknik induktif.
Pengembangan Karangan Persuasi
Persuasi adalah karangan yang isinya berusaha
meyakinkan pembaca dengan menggunakan bahasa yang bernada membujuk. Istilah
persuasi berasal dari bahasa Inggris persuasion diturunkan dari kata to
persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Secara prinsip pengertian
persuasi dengan argumentasi hampir serupa. Keduanya sama-sama menggunakan
argumen-argumen yang kuat dalam meyakinkan lawan bicara. Perbedaannya terletak
pada penggunaan bahasa. Jika pada karangan argumentasi bahasa yang dipergunakan
cukup menjelaskan pembuktian pembaca yang bertujuan pembaca meyakini. Pada
karangan argumentasi, logika yang digunakan merupakan unsur utama. Diksi yang
dipergunakan bertujuan mencari efek tanggapan penalaran. Pada karangan persuasi
bahasa yang dipergunakan bermuatan penuh rayuan, daya ajuk, daya bujuk atau
himbauan untuk membangkitkan pembaca tergiur dan bereaksi untuk ikut serta
mengikuti keinginan penulis. Diksi yang dipergunakan bertujuan mencari efek
tanggapan emosional.
Hal
inilah yang menimbulkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti
himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan penulis.
Metode pengembangan karangan persuasi pada
lazimnya adalah: rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, penggantian
dan proyeksi.
Alat pengembangan persuasi adalah 1) Bahasa,
yang berfungsi seluas dan tajam sehingga sering berakibat terjadinya penipuan,
kedengkian, percekcokan dan macam lainnya. 2) Nada yang digunakan seperti: marah,
senang, sedih, dan bersemangat yang dapat dipergunakan seseorang sebagai alat
untuk mempengaruhi perilaku orang banyak. 3) Detail esensial dalam yang
mendukung tujuan sehingga memperjelas penalaran yang kita harapkan pendetailan
dilakukan dengan cara menyeleksi seberapa penting detail itu dalam membantu
pembaca memahami tulisan kita. 4) Organisasi yaitu pengaturan detail di dalam
karangan kita itu agar keyakinan dan pandangan pembaca dapat berubah yang bisa
ditempuh melalui cara induktif, cara deduktif dan cara penonjolan 5) Kewenangan
menyangkut penerimaan dan kesadaran pembaca terhadap pengarang sebagai orang
yang berwenang karena diyakini: a) mempunyai dasar hukum menduduki jabatan
tertentu, b) ber-kecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, c)
mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu.
Penilaian Karangan Argumentasi dan
Persuasi
Topik
yang diangkat menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu,
bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh,
sangat ditentukan oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar
dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Membangun keyakinan kuat bagi
pembaca memerlukan prinsip-prinsip yang standar atau baku yaitu dengan menjawab
pertanyaan berikut:
Apakah
pernyataan dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca?
Apakah
alasan menghadirkan bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk
mendukung pernyataan..
Apakah
penarikan kesimpulan yang diambilnya sudah melalui proses nalar yang benar?
Yang dimaksud adalah ungkapan bahasa (penanda linguistik yang digunakan).
Seperti: (1) penanda kepastian seperti di antaranya penggunaan kata/frase
perlu, pasti, dan tentu saja. Sedangkan (2) penanda kemungkinan. antara lain
agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat
mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. Untuk karangan persuasi aspek yang
dinilai adalah semua aspek yang ada pada argumentasi ditambah 5 hal berikut
yaitu: Bahasa, Nada, Detail, Organisasi dan kewenangan.
MODUL 6
SURAT MENYURAT
DINAS
Surat Resmi
Surat adalah salah satu sarana komunikasi
tertulis untuk menyam-paikan suatu pesan dari satu pihak (perorangan, kelompok,
atau organisasi) kepada pihak lain. Jenis surat itu sangatlah banyak. Sebagai
salah satu sarana bentuk komunikasi tertulis, surat terdiri atas unsur pengirim
surat, penerima, pesan (isi surat), dan saluran. Ketersampaian pesan surat akan
dipengaruhi oleh keefektifan bahasa, kelogisan dan keruntutan organisasi surat,
kejelasan isi, dan kesesuaian format surat yang digunakan.
Apabila surat itu
mengandung pesan yang menyangkut kepentingan formal atau dinas, maka surat
seperti itu disebut surat dinas atau surat resmi.
Surat memiliki sejumlah fungsi. Di antara
fungsi surat ialah sebagai wakil pribadi, kelompok, atau organisasi; dasar atau
pedoman kerja; bukti tertulis yang otentik; arsip atau alat pengingat; dan
dokumen historis. Mengingat berbagai fungsi yang dimiliki surat, maka surat
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Klasifikasi jenis surat didasar-kan
atas kepentingan dan asal pengirimnya, isi sifat, banyaknya sasaran, tingkat
kepentingan penyelesaiannya, wujud, dan ruang lingkup sasarannya.
Berbeda dengan bentuk karangan lainnya, surat
memiliki karak-teristik yang sangat khusus. Salah satu kekhasan surat terletak
pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian ini memiliki kegunaan tertentu. Penataan
bagian dan unsur surat tergantung pada format atau bentuk surat yang digunakan.
Namun demikian, sebuah organisasi baik pemerintahan, perusahaan, maupun sosial
politik, biasanya memiliki format baku yang digunakan dalam organisasi
tersebut.
0 Response to "Rangkuman Keterampilan Dasar Menulis"
Posting Komentar